Rakya Maori di New Zealand untuk mendukung perjuangan Rakyat Papua Barat

Sebuah aksi intervensi masyarakat Maori di New Zealand untuk mendukung perjuangan Rakyat Papua Barat dilakukan ditengah Festival Pasifika di Auckland..

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

14 November 2013

Penulis Novel Pertama Perempuan Papua Luncurkan 2 Novel

Aprila R. A Wayar
Jayapura, Salah satu perempuan Papua bernama Aprila R. A Wayar yang juga hari-harinya menjadi seorang jurnalis pada tabloidjubi.com berhasil melucurkan dua buah novel masing-masing “Mawar Tanpa Akar” dan “Dua Perempuan”. Pada peluncuran kedua novel ini hadir pula Dr. Benny Giay serta ibu Bernarda Meteray di cafe rempah-rempah, Sabtu (9/11/13) Abepura, Jayapura, Papua.

Sela-sela peluncuran, Benny Giay memberikan apresiasi kepada penulis dan merasa bangga atas keberhasilan seorang Perempuan Papua dengan kedua novel yang berhasil Ia tulis dan diluncurkan pada saat yang bersamaan. “Saya bangga, saya mengucapkan selamat kepada Aprila, mengucapkan selamat kepada perempuan Papua yang punya potensi dan saya sangat kagum dengan ini.

Banyak perempuan lain juga bisa menulis, jangan khawatir, dengan menulis kita bisa tahu bagaimana dengan orang lain. Mawar Hitam akan memberikan motivasi bagi kita laki-laki dan perempuan Papua untuk kita bisa hidup damai di tanah Papua,” ungkapnya. “Dalam semangat membangun peradaban, saya menggunting pita Aprila, tanda kita menyaksikan peristiwa kecil dalam membangun peradaban di Papua,” tutur Benny Giyai, Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Papua ketika menggunting pita. Sementara itu, Ibu Bernarda Materay mewakili perempuan berharap dua novel hasil karya perempuan Papua memberikan manfaat bagi para pembaca.

“Saya mewakili perempuan Papua mengharapkan karya perempuan Papua ini bermanfaat bagi kita semua.” “Pertama mengapa novel biasa ada dan di launching hari ini? Teman-teman media melucurkan buku ini penantian panjang kurun waktu yang lama 8 bulan total waktu saya proses penulis novel mawar hitam ketika 2007 selesai septer skertaris menerbitkan novel Mawar Hitam sebanyak 3000 terikat kontrak dengan Foker harus dengan pihak penerbit yang baik saya menulis hari ini, menulis berita hari-hari kalau tidak terbiasa di Forum Mahasiswa Papua (Formapa) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) di Jogja. Mereka teman-teman baik.

Menulis mengobati luka batin dan saya bisa maafkan, dua perempuan tim kajian pembangunan 8 bulan refleksi jurnalis perempuan dan saya persembahakan kepada tablod jubi di Jayapura,” kata panulis mengenang. Masih dari penulis, “Kedu novel dilaunching luar biasa acara launching hari ni kita lihat jurnalis-jurnalis dan novelis dua dua kerja bakti tergantung pada hati kita. Saya membuktikan eksitensi perempuan Papua ketika novel saya menghantarkan saya hadir orang Papua yang menulis saya tidak mendapat suport dari siapa pun.”

“Diskusi dengan penulisan sebuah karya, novel dari aprilia dapat edisi pertama kemarin saat saya lihat, ingat beberapa novel yang saya baca bersejarah enjel esailen sepi hending tentang bagaimana abad ke 15 pegita injil di banenultai dai gambarkan bagus novel terbaik semua orang tidak suka perbudakan. Kapan orang Papua bisa menulis negara membungkam penulis.

Penulis Papua lahir dari budaya Papua yang lisan dan lahir dengan situasi yang dibungkam melalui hadir buku ini melawan rasisme Indonesia, Persipura, lagu lagu dan yel yel rasis kamu kalah tho, ade ko perintis sesuatu yang baru,” tutur Benny Giyai semangat.

Setelah membaca tulisan generasi muda Papua sering mengikuti mengembangkan Papua yang lebih bermatabat, Papua baru kalangan masyarakat, mahasiswa berfikir kita bisa membangun Papua tanpa Indonesia, tidak ada aunsur Indeonesia tetapi apakah kita bisa? “Stop mengisolir diri mahasiswa yang lain DOM di pedalaman berhadapan dengan kekerasan. 
Semua orang Indonesia itu jahat, apakah semua itu begitu? tidak ada hal baik juga 2 hal bukan hanya kita orang Papua yang melawan system. Munir, George Junus Aditjondro, Johnson Panjaitan adalah kelompok sejalan dengan kitorang.” (BEKO/ Hendrikus Yeimo)

13 November 2013

20 Desember Lima Merlu MSG Kunjungi Papua


MSG 2013
JAYAPURA - Rencana kedatangan 5 Menteri Luar Negeri (Menlu) Melanesian Sparehead Group (MSG) ke Indonesia, khususnya ke Papua tanggal 20 Desember mendatang, disambut baik dan gembira oleh masyarakat asli Papua. Bahkan terkait rencana kedatangan para Menlu MSG ini telah dibentuk panitia penyambutan.

Hal itu diungkapkan Ketua Panitia Penyambutan 5 Menlu MSG ke Papua, Pdt. Benny Yantewo, S.Pd.K  ketika menyambangi Redaksi Harian Bintang Papua, Rabu (13/11) kemarin malam sekitar pukul 21.30 WIT.
“Kami dalam hal ini masyarakat asli Papua sangat menyambut dengan gembira dan juga mengucapkan terimakasih kepada Presiden R.I. SBY, yang mana telah mengambil suatu kebijakan yang sangat luar biasa, yaitu untuk mengundang 5 Menteri Luar Negeri (Menlu) dari MSG untuk berkunjung ke Indonesia, khusunya ke Papua,” katanya yang juga Eks. Ketua Pokja Agama MRP periode 2005 s/d 2010.

Untuk itu, pihaknya dalam hal ini masyarakat asli Papua dalam membantu Pemerintah Pusat yang sudah membuat suatu kebijakan luar biasa itu telah membentuk struktur kepanitiaan penyambutan tersebut.

Ia mengatakan, dalam rangka membantu pemerintah untuk mempersiapkan diri pihaknya juga sudah mempunyai kesiapan lebih awal, yakni telah membentuk panitia penyambutan.

Ia kembali mengatakan, pemerintah pasti sudah mempunyai persiapan yang lebih mantap, tapi pihaknya masih merasa perlu juga mempersiapkan diri secara maksimal karena kehadiran mereka untuk seluruh rakyat diatas Tanah Papua.

Kami minta tolong kepada semua tokoh-tokoh agama, pimpinan gereja dan seluruh ummat Tuhan yang ada di Papua untuk tetap berdoa supaya seluruh proses ini dapat berjalan dengan baik dan aman. Dan, juga kepada seluruh masyarakat asli Papua maupun Non Papua untuk menjaga situasi di lingkungan masing-masing tetap kondusif,” pintanya.

Benny menekankan kepada seluruh kepala daerah baik itu Bupati/Wali Kota se-Tanah Papua agar bisa menfasilitasi dengan dana Otsus tiap-tiap daerah, apabila ada masyarakat yang berkeinginan hadir guna melihat kunjungan atau kedatangan dari 5 Menlu MSG tersebut

Sumber: Bintang Papua

Sejarah Islam Suku Dani di Lembah Baliem Kab. Jayawijaya Wamena Papua

Interaksi Islam dikalangan Suku Dani, Wamena, terjadi pasca integrasi dengan Indonesia pada dekade 1960-an akhir. Mula-mula melalui guru-guru dan transmigrasi yang didatangkan dari Jawa didaerah Sinata (kini Megapura, bagian dari Distrik Assolokobal)

Umum:

Ilustrasi Islam Papua
Berbagai laporan para ahli, Agama Islam lebih awal masuk dan dianut penduduk pribumiPapua. Van der Leeder (1980, 22), Islam masuk di kepulauan Raja Ampat pengaruh dari kesultanan Tidore tidak lama sesudah agama tersebut masuk di Maluku pada abad ke 13 silam. Dr. J. R. Mansoben (1997), ‘Agama besar pertama yang masuk ke Irian Jaya (Papua) adalah Islam. Agama Islam masuk di Irian Jaya (Papua) pertama didaerah Kepulauan Raja Ampat dan Fak-Fak berasal dari Kepulauan Maluku dan disebarkan melalui hubungan perdagangan yangterjadi diantara kedua daerah tersebut’. [1]. Tidak mengherankan bila,‘kedatangan Missionaris Kristen pertama justeru diantar oleh Muballiqh Islamdari Kerajaan Tidore pada tanggal 5 Pebruari 1855 disebuah Pulau Kecil Mansinamdiperaiaran Manokwari. Dua Missionaris dari Jerman itu adalah C. W. Ottow danG. J. Geissler’.[2].

Wilayah Selatan Barat Papua penduduk Pribumi dijumpai penganut Islam sejak lama. Daerah itu meliputi wilayah : Kaimana, Fak-Fak, Bintuni, Kokoda (Sorong Selatan) dan Kepulauan Raja Ampat. Kini banyak urban beragama Islam hadir dari luar Papua, diakui, Dr. Benny Giay, ‘pengaruh Islam secara luas diseluruh pelosok daerah Propinsi Irian Jaya dan dengan semua kelompok suku di daerah ini dalam hidup sehari-hari dalam semua bidang kehidupan, baru mulai dirasakan setelah Irian Jaya berintegrasi menjadi bagian dari Republik Indonesia awal tahun1960-an’.[3]. Pemeluk Islam Pribumi terbatas tanpa usaha serius penyebaran ke pendudukPribumi. Kecuali sedikit muallaf Suku Dani, di Baliem Selatan, dibina olehYapis (Yayasan Pendidikan Islam) demikian dilaporkan oleh JR. Mansoben, seorang antropolog Papua.


KHUSUS

1. Muslim Suku Dani Wamena

Interaksi Islam dikalangan Suku Dani, Wamena, terjadi pasca integrasi dengan Indonesia pada dekade 1960-an akhir. Mula-mula melalui guru-guru dan transmigrasi yang didatangkan dari Jawa didaerah Sinata (kini Megapura, bagian dari Distrik Assolokobal). Perkenalan Islam lebih intensif dikalangan Suku Dani di Wamena melalui interaksi perdagangan dengan pendatang dari Bugis - Makasar. Guru-Guru dari Jawa yang dikirim Pemerintah pertama sekali pasca Pepera sebagai tenaga guru di SD Impres Megapura adalah perkenalan paling pertama Suku Dani Balim Lembah dengan agama Islam. Dari sinilah jejak awal Islam di Wamena yang kemudian menyisakan pengaruh bagi Suku Dani, terutama para siswa SD Impres Megapura. Melalui guru-guru inilah Suku Dani mengenal agama lain diluar Agama Missi Katholik dan Kingmi (Protestan). Programa ransmigrasi pertama di Sinata (Megapura) dianggap tidak cocok lalu dipindahkan ke daerah Paniai tahun 1970-an. Kecuali itu, Suku Dani juga mengenal Islam melalui petugas pemerintah sipil dan militer di Kota Wamena. Misalnya Kolonel Thahir (TNI), Abu Yamin (seorang Polisi asal Madura), Hasan Panjaitan (Sekda) dan Paiyen (Pegawai Departeme Agama) turut mendorong proses da’wah Suku Dani Baliem Selatan dari Moiety : Asso-Lokowal Asso-Wetipo, Lani-Wetapo,Wuka-wetapo, Wuka-Hubi, Lagowan-Matuan dan Walesi.

Dari sejumlah sumber saksi hidup penuturan dari penduduk bahwa Esogalib Lokowalorang pertama masuk Islam. Kemudian Harun Asso (dari Hitigima/Wesapot), YasaAsso (dari Hepuba/Wiaima), Horopalek Lokowal, Musa Asso (dari Megapura/Sinata),Donatus Lani (dari Lanitapo).[4]. Megapura, Hitigima, Hepuba, Woma, Pugima danWalesi (kini di Walesi clan Asso-Yelipele seluruh warganya 100% beragama Islam)adalah daerah pertama yang berinteraksi dengan orang Islam dari berbagai daerahIndonesia.


Salahsatu penduduk daerah Hitigima bernama Muhammad Ali Wetipo, pernah berceritapada penulis bahwa dia masuk Islam melalui orang pendatang di Kota Wamenadan pernah tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyyah Abepura Jayapura sekitar tahun1975 di Kota Abepura Jayapura. Dalam tahun 1978 akhir Panti Asuhan Muhammadiyyah Abepura Jayapura banyak menampung anak-anak muslim dariWamena.[5]. Ilham Walelo dan Abdul Mu’in Itlay dari Panti Asuhan Muhammadiyah,tamat SMA tahun 1979, kemudian melanjutkan studynya di IAIN Jakarta (kiniUIN).[6]

2. Muslim Walesi

Berbeda dengan daerah lain Lembah Balim. Walesi pada tahun 1975-1977 Merasugun, Firdaus dan Muhammad Ali Asso, adalah generasi pertama pemeluk Islam. Mereka adalah pemeluk Islam paling berhasil mengembangkan Islam menjadi besar. Walesi kini menjadi pusat Islam (Islamic Centre) di Lembah Palim Wamena Papua khususnya dan mungkin seluruh Papua saat ini. Merasugun dan tokoh-tokoh Tua lainnya dari kalangan generasi muda Walesi adalah pemeluk Islam pertama yang bersemangat mengorganisasi diri serta sukses mengembangkan agama Islam dikalangan keluarga di Walesi dan sekitarnya.


Merasugun, Firdaus dan Ali Asso mengorganir da’wah islam, sehingga diikuti oleh semua masyarakat dari confederasi Asso-Yelipele dii Walesi Selatan Kota Wamena. Orang pertama memeluk agama Islam dari Walesi tersebut nama; Nyasuok Asso, Walekmeke Asso, Nyapalogo Kuan, Wurusugi Lani, Hetoke Lani, Aropeimake Yaleget, dan Udin Asso banyak lainnya secara serentak. Keislaman mereka ini dikemudian hari memiliki pengaruh sangat besar eksistensi Islam Walesi dan Muslim Jayawi Jaya kemudian hari hingga kini. Kepala Suku Besar, Aipon Asso (setelah naik Haji tahun 1979, nama depannya di5tambah Muhammad, jadi Haji Muhammad Aipon Asso) dan Tauluk Asso awalnya menolak islam, karena ajarannya mengharamkan babi (hewan ternak satu-satunya di Lembah Balim paling utama). Mereka baru masuk Islam dalam tahun 1978 dan mendapat dukungan seorang militer berpangkat Kolonel bernama Muhammad Thohir.[7]

Islamic Centre adalah organisasi khusus dan vokus untuk memperhatikan kaum muslim pribumi didirikan pada tahun1978. Letnan Kolonel Dokte Muhammad Mulya Tarmidzi dari Angkatan Laut 10, Hamadi Jayapura, pencetus dan pelopor utama berdirinya Islamic Centre. Pada mulanya dia datang ke Wamena dalam kesempatan undangan ceramah setelah berjumpa dengan penduduk asli muslim (muallaf) dari Walesi, tergerak hatinya dan mendirikan organisasi da’wah Islam pertama, Islamic Centre di Kota Wamena kabupaten Jayawi Jaya, yang di ketuai Hasan Panjaitan, (Sekda Jayawi Jaya kala itu). Islamic Centre dibawah kendali Hasan Panjaitan banyak membantu proses da’wah selanjutnya. Islam di Walesi berkembang pesat dan dikunjungi berbagai kalangan pejabat pemerintah yang beragama Islam dari Kota Wamena dan Propinsi Irian Jaya (kini Papua).[8]

3. Kepeloporan Firdaus Asso

Merasun Asso (berikutnya hanya ditulis Merasugun) adalah orang Walesi pertama dan yang paling bersemangat mengajak keluarganya mengikuti jejaknya. Merasugun Tua adalah orang pertama pemeluk agama Islam dari Walesi. Merasugun (harusnya Merawesugun), dikenal hingga sejauh ini orang yang paling besar jasa dan perjuangannya memperkenalkan Islam dikalangan masyarakat Walesi hingga memperjuangkankannya menjadi besar. Kemudian selain Merasugun yang tidak kalah peran dan jasanya, dalam mengembangkan agama Islam di Walesia tersebut nama Kalegenye Yaleget yang hingga akhir hayatnya belum pernah ikut sholat atau melepas koteka masuk dalam Mesjid.

Kalegenye Yaleget belum pernah menanggalkan busana kotekanya, dan secara formal belum pernah bersyahadat, namun peran dan perjuangan demi tegaknya kalimat tauhid di Lembah Palim tidak jauh berbeda debgan Merasugun, peran orang tua ini juga sangat besar selama mendampingi Merasugun atau mewakilinya. Sejak dini agama Islam dalam keadaan sulit dan banyak ditentang orang agar jangan berkembang. Kepeloporan Merasugun sulit dibayangkan dan ketahui, kalau dibelakangnya juga tanpa ada dukungan sejumlah Kepala Suku Adat. Hal itu kunci kesuksesan sekaligus membuat orang tidak berani menentang Merasugun dan Kalegenye. Kalegenye dan Merasugun yang masih saudara sepupu adalah tokoh tua pejuang da’wah islam pertama dan paling utama di Walesi.

Merasugun dan Kalegenye Yaleget yang tidak bisa berbahasa Indonesia selalu didampingi oleh seorang pemuda bernama Firdaus Asso. Setiap penyampaian isi hati mereka dalam mencari dukungan da’wah Islam, pada para pendatang muslim, diterjemahkan oleh Firdaus. Disamping itu Firdaus adalah seorang pemuda cerdas dan lincah diantara teman-teman sebaya. Sehingga Firdaus sangat menunjang Merasugun, dalamm emperjuangkan da’wah di Jayawi jaya dan khususnya di Lembah Palim/Baliem.

Selain mendampingi Merasugun Asso, dengan inisiatif sendiri, Firdaus, mengajak teman-teman sebayanya, menemui para pejabat beragama Islam kala itu di Kota Wamena, untukminta dukungan pengembangan Islam di Walesi dan Wamena. Karena itu Firdaus, sosok pemuda pejuang Islam yang populer dan sangat dikenal para pejabat tinggi Papua mulai dari Gubernur, Pangdam, Kapolda, sampai para pejabat dinas lainnya.

Demikian juga ketokohan Firdaus Asso, sebagai tokoh muda Muslim Papua didukung para pedagang (pengusaha) muslim dari Bugis dan Makasar. Bahkan para Haji kaya dari Madura, Bugis, Makasar dan Buton membantu mendorong secara financial pengembangan Islam Walesi sebagai Pusat Islam Wamena. Karena itu sosok Firdaus Asso yang fenomenal, pada tahun 1980- an sangat dikenal dan popular dikalangan muslim pendatang, dan orang yang paling dihormati, sebagai tokoh penggerak dan perintis da’wah islamiyyah dikalangan pendududk pribumi Papua.

Selain Firdaus ada tokoh muda lain seperti Ali Asso. Namun Firdaus Asso adalah tokoh muda muslim di Jayapura dan Wamena yang sangat dikenal akrab oleh para pejabat tinggi Papua kala itu. Firdaus juga disegani dan dihormati oleh rekan-rekan seusia-nya, karena: 1). Kejujurannya (amanah), 2). Keberanian dan kepeloporannya dalam pengembangan da’wah Islam pertama di Walesi di Walesi Wamena Kabupaten Jayawi Jaya.

4. Kisah Islam Merasugun

Konon kisahnya; ke-Islaman Merasugun Asso, sebagaimana diceriterakan Ali Asso (generasi pemeluk Islam pertama yang masih hidup), melalui hubungan perdagangan. Merasugun suatu pagi dalam tahun 1975, berangkat dari Walesi(sekitar 8 km dari kota Wamena), membawa dagangan kayu bakar, untuk dijual pada orang-orang pendatang di kota Wamena. Tapi dagangannya tidak laku dibelihingga hari sudah menjelang sore. Sementara jarak Walesi-Kota Wamena begitujauh untuk pulang hingga larut malam.

Maka Merasugun berinisiatif menukar dagangannya dengan nasi pada seseorang. Untukitu Merasugun mendatangi semua penghuni rumah dari pintu kepintu yang umumnyadidiami para pendatang dari luar Papua. Akhirnya pembeli yang akan menukar dagangan (barter) Merasugun dengan nasi itu ketemu juga. Pertemuan Merasugun dan pembeli kayu itu kelak nanti orang yang pertama meng-Islam-kan Merasugun. Karenaitu segera setelah pulang ke kampungnya, Merasugun cari kayu bakar di hutan untuk ditukarkan dengan nasi pada orang yang sama.

Merasugunkemudian mengajak dua anak muda yaitu Firdaus Asso dan Ali Asso.[9].Selanjutnya rombongan Merasugun, bawa kayu bakar untuk barter dengan nasi padapendatang asal Madura itu, yang sebelumnya sudah berkenalan dengan Merasugun.Dari pertemuan pertama mereka sudah saling kenal, maka mereka shalatdhuhur tiba pembeli kayu yang beragama Islam itu ingin shalat dahulu.

Tapiapa yang dilakukan kenalannya diintip Merasugun dengan perasaan aneh dan asing.Merasugun memperhatikan apa yang dilakukan kenalannya rasa penasaran. Pembelikayu itu melakukan gerakan yang sebelumnya asing bagi Merasugun yaitu sholatdan berdo’a dengan gerakan khusyu’. Merasugun dengan perasaan agak keherananakhirnya menyadari, bahwa gerakan itu adalah gerakan “Misa dalam Islam”.Kemudian, Merasugun, kepada dua anak muda yang mendapinginya dalam bahasa Balimberkomentar demikian : “O..oh.yire esilam meke”!, artinya “Oh,ini orang Islam"!

Merasugunsebelumnya pernah dengar kabar bahwa Agama Islam adalah agama yang tidak bolehmakan daging babi. Bahkan Merasugun sering mendengar issu bahwa kehadiranorang- orang pendatang Muslim menyebabkan semua babi menjadi musnah di LembahBalim, (dalam agama Islam, memakan gading Babi hukumnya diharamkan /tidakboleh).[10]. Walaupun ada issu bahaya agama Islam, Merasugun menyuruh FirdausAsso dan Ali Asso masuk agama islam, dan belajar melakukan "misaIslam”[11], (maksudnya sholat). Karena menurutnya orang Muslim Madura itu baik,tidak seperti diisukan orang-orang dikampungnya. Lalu katanya; “Kalian bolehmasuk Agama Islam karena orang ini baik”! Keinginan dan usulan Merasugundisetujui dua anak yang masih keponakannya itu.[12].

Kemudianusulan keinginan diterjemahkan Firdaus dan disampaikan kepada kenalan baru itu.Mereka bertekad mau masuk Agama Islam. Tapi orang Madura itu keberatan karenaalasannya takut ada tuduhan Islamisasi. Kekhawatiran itu disanggah olehMerasugun dengan mengatakan bahwa dirinya tidak menganut agama apapun dan ituadalah keinginan hatinya dan dua anak keponakannya. Dialog tersebutditerjemahkan oleh Firdaus Asso, yang sudah lancar berbahasa Indonesia.

SejenakOrang Madura yang belum dikenal namanya hingga kini itu berfikir, lalu menatapwajah ketiga orang yang masih lugu dan masih mengenakan koteka itu. Dankatanya; “Boleh, tapi kamu harus menutup Aurat!”, Segera ia kekamar danmemberikan serta memakaikan Merasugun celana tanpa menanggalkan koteka yangsedang dikenakan. Selanjutnya Muslim Madura itu sampaikan niat tiga orang SukuDani dari Walesi ini kepada tokoh muslim lain yang ada di sekitar kota Wamena.

Padaminggu berikutnya Merasugun, Ali Asso, dan Firdaus Asso disuruh datang padahari Jum'at. Dan secara resmi disyahadatkan ba'dah jum'at di masjid BaiturrahmanWamena yang disaksikan oleh jama'ah sholat jum’at. Minggu-minggu selanjutnyaMerasugun, Firdaus Asso dan Ali Asso (dua pemuda ini kelak pejuang Islamsetelah sepeninggal Merasugun tahun yang wafat tahun 1978), selalu datang ikutsholat Jum’at, dengan tiap pagi jalan kaki turun-naik gunung sekitar 6 km dariWalesi ke Wamena Kota. Merasugun kira-kira berusia 45 tahun dan dua anak mudayakni Firdaus Asso,dan Muhammad Ali Asso, keduanya kira-kira berusia 15 tahunkala itu, adalah generasi pertama yang mula-mula masuk Islam sertamengembangkan Islam di Walesi.

a. Perjuangan Merasugun Asso

Merasuguntidak lama sesudah masuk Agama Islam meminta agar dibangunkan "GerejaIslam", (maksudnya, Masjid), di kampungnya di Walesi sekaligus SekolahIslam agar anak-anaknya dari clan Assolipele Walesi bisa sekolah. Untuk maksudini Merasugun menyediakan tanah wakaf serta menyiapkan batu, kayu, pasir dikampungnya.

Usulanini segera disetujui oleh beberapa orang muslim yang datang di Wamena sebagaiPetugas pemerintah sipil maupun militer seperti Pak Paijen dari Dinas Agama,Pak Thohir dari Kodim, dan Abu Yamin dari Polres Jayawijaya. Karena itu,sebelum kalau ingin dibangunkan Masjid dan Madrasah di Walesi, Merasugun harusdatang membantu bekerja mengangkat batu dan mengumpulkan pasir dari Kali Uwekarena Masjid Raya Baiturahman Kota Wamena saat itu sedang dibangun.

Syaratini disetujui oleh Merasugun, berikutnya Merasugun, Ali dan Firdaus Asso pulangke Walesi dan mengundang segera tenaga kerja kepada Nyasuok Asso, NyapalogoKuan, Aropemake Yaleget, Wurusugi Lani, Udin Asso dan Walekmeke Asso, untukmengeruk galian batu dan pasir di sekitar Kota Wamena, dari Kali Uwe. Keenamorang nama tersebut kelak menjadi pemeluk Agama Islam dari Walesi gelombang kedua.[13]

b. Dokter Mulya Tarmidzi Mengkhitan

Suatuketika dalam tahun 1978 seorang dokter Kolonel Angkatan Laut 10 dari Hamadi,Jayapura Propinsi Papua, diundang ceramah datang ke Kabupaten Jayawijaya, untukmemberikan ceramah, yang tempatnya di gedung bioskop kota Wamena. Oleh sebabitu Merasugun dan warga lainnya dari Walesi yang muallaf diundang datangmendengarkan ceramah.

Penceramahyang tidak lain adalah Dokter Kolonel H. Muhammad Mulya Tarmidzi itu selesaiceramah sampai sekitar jam sebelas malam. Selanjutnya ia menginap di HotelBalim. Kira-kira pada jam 12 tengah malam Merasugun, Firdaus Asso, NyapalogoKuan, Nyasuok Asso dan Ali Asso, Aropemake Yaleget, Udin Asso dan Wurusugi Lanidatang mengetuk pintu kamar Dokter Mulya menginap dengan mengucap salam khasmuslim yakni; : “Assaiamu'ataikum”! Walaupun sudah tengah malam karenamendengar ucapan salam khas Muslim, Dokter Mulya Tarmidzi, berani membukakanpintu.

Danternyata salam itu berasal dari orang-orang yang masih mengenakan koteka iniadalah orang yang tadi dilihatnya di gedung Bioskop. Dia sebelumnya mendugamereka bukan muslim, karena Merasugun dan rombangan lainnya masih mengenakanHolim/Koteka, (kecuali Firdaus Asso sudah mengenakan celana pendek). Dan diamenganggap bahwa mereka mungkin pas lagi lewat atau memang sekedar mencarimakanan dalam acara ceramah itu. Tatkala dipersilahkan duduk diruang tamudi hotel oleh Dokter Mulya Tarmidzi, Merasugun menyampaikan maksud dan tujuankedatangannya dengan beberapa pemuda dari Walesi. Setelah minta maaf karenadatang ditengah malam. Lalu Merasugun menyampaikan beberapa usulan yaitu :

a).Permohonan dukungan agar di kampungnya segera dibangunkan "Gereja Islam”.
b).Anak-anak dari Walesi kelak menjadi pintar seperti dokter Mulya untuk itu perlu
disekolahkan di Jayapura
c). Agar di Walesi di bangunkan Madrasah

Semuausulan diterima dan disetujui secara baik dan kepada Merasugun dijanjikan olehdokter Mulia Tarmidzi, bahwa nanti akan diusahakan secara bertahap denganmengkoordinasikan usulan Merasugun, kepada orang-orang Muslim lain terlebihdahulu. Dalam kesempatan itu sejumlah usul dan keinginan Merasugun semuadisampaikan dalam bahasa Wamena kepada Dokter Muhammad Mulya Tarmidzi, yangkemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Firdaus Asso yang sudahsekolah di SD Inpres, Megapura sehingga sudah lancar berbahasa Indonesia.

Selanjuntnyasemua usul secara baik disetujui oleh Dokter Kolonel Haji Muhammad MulyaTarmidzi dan untuk mendukung keinginan Merasugun ini segera dibentuk IslamicCentre yang pengurusnya dari pejabat pemda. Esok harinya dibantu oleh tenagakesehatan dari Rumah Sakit Kota Wamena; Letnan Kolonel Muhammad Mulya Tarmidzi,segera menyunat (khitan) 8 orang pertama yang masuk Agama Islam itu untukmenyempurakan syahdatnya; kira-kira demikian hemat Kolonel yang juga Dokter danAhli Agama Islam itu. Pada bulan berikutanya dalam tahun 1978, anak-anak dariWalesi sebanyak 5 orang (termasuk Firdaus Asso dan Muhammad Ali Asso) di kirimke Jayapura dan dititipkan kepada beberapa orang pejabat muslim sebagai orangtua asuhnya.

Demikiansudah harapan dan cita-cita Merasugun terkabul agar anak-anak dari Walesi untukdisekolahkan diluar Wamena. “Agar kelak ada yang menjadi seperti Dokter MulyaTarmidzi,” demikian usul Merasugun yang diterjemahkan oleh Firdaus Asso. Usulanpaling penting diantaranya yang diusulkan oleh Merasugun adalah kontruksibangunan model Pondok Pesantren Model di Jawa yang membuat decak kagum. DokterKolonel Muhammad Mulya Tarmidzi, mengingat Merasugun belum penah tahu kalauyang diusulkannya itu adalah persis sama model kontruksi dan sistem bangunanlingkungan Pondok Pesantren yang biasa ada di Pulau Jawa. [14]

Kemudian20 orang dalam bulan berikutnya dikirim dan diasuh oleh beberapa Orang Tua Asuhdi kota Jayapura. Ongkos pengiriman semua ditanggung oleh Haji Saddiq Ismail,(kala itu Kabulog Propinsi Irian Jaya) yang selanjutnya membentuk Kasub DologJayawijaya guna mempermudah menyampaikan bantauan logistik dan bantuan materiallainnya karena di Walesisegera akan dibangun Masjid dan Madrasah sesuaikeinginan dan usulan Merasugun dulu.

Gunamemperlancar transportasi dan memudahkan pengangkutan material bangunan Masjiddan Madrasah Walesi, Ir. Haji Azhari Romuson, Kepala PU Propinsi Papua segeramembangun jalan Walesi-Wamena sekitar 6 Km. Bisa dibayangkan semua usulanMerasugun dulu sejak Dokter Kolonel Angkatan Laut Muhammad Mulya Tarmidzi, HajiSaddiq Ismail SH Kadolog Propinsi, dan Ir. Haji Azhari Romusan dari PUPropinsi adalah cukup besar perannya perkembangan Islam lebih lanjut di Walesi.

Bertepatandengan 20 anak Walesi yang dipimpin Firdaus Asso datang sekolah di Jayapuramelanjutkan dipendidikan Panti Asuhan Muhammadiyah Abepura Jayapura danMadrasah Ibtidaiyyah (MI) Kota Propinsi Papua. Dua Kepala Suku Perang yangBerani dari Clan Assolipele secara resmi disyahatkan oleh Kolonel Thahir, diWamena. Kolonel Thahir adalah Pendatang dari Bugis dan Tentara yang saat itubertugas di Kodim Jayawijaya.[15] “Sesungguhnya kita adalah milik Alloh SWT,dan akan dikembalikan kehadirat-Nya kapan saja dikehendaki-Nya”, “sebagaimanajuga Dia memberikan hidayah kepada siapa yang di kehendaki-Nya”, dan akhimyapada tahun 1980 Merasugun telah dipanggil kehadirat Alloh SWT, denganmeninggalkan semua usulan da'wahnya yang belum tuntas, yakni obsesinyamewujudkan kompleks Islamic Centre terutama Masjid dan Madrasah.

Dua tahun sepeninggal Merasugun pada tahun 1982 bangunan sekolah (MadrasahIbtidaiyah) dan masjid selesai. Untuk menghormati atas jasa-jasa semangatperjuangan Merasugun, maka nama Madrasahnya diabadikan menjadi MadrasahIbtidaiyyah Merasugun Asso Walesi. Demikian juga dengan Pemuda Firdaus Assomenyusul dipanggil Allah SWT untuk selamanya pada tahun 1984 di Jayapura.Firdaus Asso yang sangat berjasa dan berperan besar pengembangkan Islamdikalangan suku pribumi di Walesi, sesudah Merasugun. Dia menyusul kepergianMerasugun setelah dua tahun dalam usia yang sangat muda dan produktif yakni 25tahun.[16]


B. Perkembangan Islam Masa Kini

1. Muslim Wamena

Darisejak tahun 1960-an akhir sampai tahun 1970-an awal, di kota Wamena KabupatenJayawijaya banyak datang penduduk pindahan dari Jawa (transmigrasi), dan paraperantau asal Indonesia Timur, terutama orang Madura, Bugis, Buton dan Makasar.Pengenalan Agama Islam lebih intensif dengan Suku Dani di Wamena KabupatenJayawijaya melalui interaksi dalam masa ini, terutama perdagangan system barterantara para muhajirin pendatang dan penduduk lokal yang berbusana koteka.

Prosespercepatan da'wah di Jayawijaya juga sangat di dukung oleh kehadiran militeryang beragama Islam yang bertugas dalam tahun 1960-an akhir di Kota Wamena.Penduduk yang lebih awal masuk Islam menuturkan bahwa Islamisasi sepenuhnyadidukung secara individu dari Muslim yang kebetulan anggota Militert yangbertugas di Sinata (kini Megapura, 4 km selatan dari Kota Wamena). Organisasida'wah baru didirikan guna lebih menunjang psoses da'wah, seperti Islamiccenter, YAPIS, Panti Asuhan Muhammadiyah dan akhir-akhir ini juga Hidayatullahdan NU di Wamena giat melakukan da'wah dikalangan pribumi Muslim SukuDani di Wamena.

2.Muallaf di Walesi
Dikota Wamena arah selatan 6 km kini terdapat penduduk pribumi yang penduduknyaberagama Islam sejak lama. Walesi adalah pusat Islam (Islamic Centre), bagipengembangan Islam dari kalangan penduduk asli. Guru-guru (ustadz), sejak awaldidatangkan dari Fak-Fak yang sejak lebih dulu muslim dari abad ke 16 diselatan kepala Burung Papua. Kini di walesi terdapat sebuah Pondok-PesantrenAl-Istiqomah Merasugun Asso, Madrasah Ibtidaiyah, rumah guru 4 buah, masjid 12x12 dan sebuah puskesmas. Walesi sebagai Islamic Centre telahmenampung anak-anak Suku Dani dari 12 kampung yang masyarakatnya baragamaIslam.

Masyarakat Muslim Jayawijaya terdiri dari 12 kampung yang penduduknya telah lama menganutAgama Islam pada tahun 1960-an akhir pasca integrasi. Kampung-kampung ituadalah Htigima, Air Garam, Okilik, Apenas, Ibele, Araboda, Jagara,Megapura, Pasema, Mapenduma, Kurulu dan Pugima. Jumlah penganut Islam di Wamenakabupaten Jayawijaya kira-kira 12 ribu jiwa, dari 400 ribu jiwa seluruhpenduduk Jayawijaya, namun angka yang lebih tepatjumlah pemeluk Islam belumdiperoleh secara pasti.

3.Anak-Anak Muallaf

Anak-anakMuallaf adalah kelompak potensial proses Islamisasi di Kabupaten Jayawijaya,mengingat semua agama besar yang kini hadir di Papua khususnya di PegununganTengah, umumnya tidak mampu merubah pola kehidupan lama masyarakat tradisionalPapua yang memiliki religi lama yang berorientasi masa lampau.

KalanganBirokrat Muslim yang menjabat sebagai Ketua Islamic Centre menyadari ini, makasecara periode mengirim anak-anak muallaf dari Suku Dani, dikirim belajarpertama di Panti Asuhan Muhammadiyah AB Jayapura dan Madarasah IbtidaiyyahYAPIS di Ibu kota Jayapura dalam tahun 1972 sebanyak 20 orang anak.

Dalamtahun 1980 ada 2 orang anak Suku Dani datang belajar di UniversitasMuhammadiyah Jogjakarta . Sedang lulusan Madrasah Ibtidaiyyah Merasugun AssoWalesi sebanyak 4 orang pertama didatangkan ke pondok pesantren Al-Mukhlisin,dan Darul Falah, Bogor. Kini dari anak-anak ini ada yang menempuh pendidikan diberbagai universitas Islam Bogor (Ibnu Kholdun), UMJ dan UIN Ciputat.

Saatini tiga orang dari Walesi menempuh S2 konsentrasi di study Islam dan OtonomiKhusus UMJ Ciputat Jakarta. Dua orang lain lagi di UM Jogjakarta dan UIN dikota yang sama. Jumlah seluruhnya anak-anak Muallaf asal Suku Dani dari Papuakini tersebar di berbagai kota study di Pulau Jawa dan mayoritas di Ciputatberjumlah 21 orang. Sedang anak-anak Muallaf yang belajar di pondok pesantrensebanyak 45 orang yang sudah terdata. Jumlah ini tidak termasuk anak-anak yangdibawa koordinasi Ustadz Aliyuddin sejak tahun 1990-an awal berkisar 700 orangdari seluruh Papua.

4.Pengiriman anak-anak Suku dani Pondok Pesantren

Sejaktahun 1980 anak-anak muslimah dari kalangan Muallaf Dari Kabupaten Jayawijaya,sudah mengirim sebagai peserta MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur'an dan lombaQosidah tingkat Nasional mewakili Propinsi Irianjaya (kini Papua). Merekamempunyai bakat dan potensi yang sama dengan anak-anak prianya. Namun yangmenjadi masalah adalah tradisi yang bahwa: Orang Tua Suku Dani tidak dapatmembiarkan anak- anak perempuan mereka pergi jauh. Tampak dari kurangnyakesadaran Orang Tua Suku Dani di Wamena saat ini adalah denagn mengawinkananak-anak usia sekolah yang masih belasan tahun.

Sampaidewasa ini dari 20 anak perempuan muslimah Suku Dani belajar di SMU YapisWamena. Dari Wamena Muslim, kaum perempuannya belum ada yang belajar keluarsebagaimana umumnya anak laki-laki. Mereka kini banyak belajar agama diPesantren Al- Istiqomah Walesi dan beberapa orang melanjutkan tingakat lanjutan(SMP/SMU) di YAPIS Wamena.

Artikel ini di tulis oleh : Ismail Asso

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

CATATAN KAKI

[1]. J.R. Mansoben, Dr, “Membangun Manusia IrianJaya yang Majemuk” : Suatu Tinjauan Antropologi Budaya, (Jayapura, UniversitasCenderawasih, September 1997), h. 8, (td).

[2]. Suara Hidayatullah, Ihwal, (Irian TapiIslam), (Jakarta), 09/X/Pebruari 1998, h. 8

[3]. Benny Giay, Gembalakanlah Umatku, (Jayapura,Deiyai: 1998), Cet-1, h. 78

[4]. Muslimin Yelipele, Tokoh Agama Islam Wamena(Pegawai Depag RI Kabupaten Jayawi Jaya), Wawancara Pribadi, Wamena Mei 2007

[5]. Muhammad Ali Wetipo, (Tokoh Muslim Balim),(Muhammad Ali Wetipo agaknya generasi Suku Balim yang paling awal masuk Islam).Wawancara Pribadi, Jakarta , 15 Juni 2007.

[6]. Muhammad Ilham Walelo, (Tokoh MuslimBalim), Wawancara Pribadi, Jakarta , 11 Juni 2007

[7]. Muhammad Aipon Asso, (Kepala Suku Besar),Wawancara Pribadi, Walesi 20 Agustus 2004

[8]. Organisasi ini para pengurusnya darikalangan Pejabat yang beragama Islam, dan yang pertama mensponsori pendirianorganisasi adalah dr. Letkol ( Purnawirawan, AL ). H. M. Mulya Tarmidzi

[9]. Muhammad Ali Asso, (Tokoh Pemuda Islam danPemeluk Islam Generasi pertama dari Walesi), Wawancara Pribadi, Walesi, 7 Mei2007

[10]. Lihat Al-Qur’an Surat Al-Maidah

[11]. “Missa Islam”, yang dimaksudkan olehMerasugu Asso adalah sholat. Tapi istilah“Missa Islam”, adalah istilah dalam ibadah agama Kristen Katolik. Hal ini menunjukkanbahwa di kampungnya (Walesi), dia sering dengar dengan istilah ini darikebiasaan orang Katolik, sehingga gerakan beribadah orang islam diamempersamakannya dengan istilah Missa.

[12]. Dalamkebiasaan Adat kekerarabatan Balim bahwa pemakaian nama clan dari sebenarnyadisebabkan oleh dua sebab; Pertama, jika dalam perang suku antar Konfederasisatu clan sudah mulai punah karena itu digabungkan dalam clan lain;Kedua,karena diterima dengan proses inisiasi kedalam clan lain misalnya Merasugunyang clan sebenarnya Yelipele tetapi diterima dan diinisiasi dalam clan ibunyamenjadi Asso.

[13]. Muhammad Ali Asso; (Generasi Pemeluk IslamPertama), Wawancara Pribadi, 9 Mei 2007

[14]. Agaknya, usulan dan model kontruksi bangunanpendidikan yang di inginkan Merasugun, yang membuat kekaguman Dokter MulyaTarmidzi, adalah pola pendidikan asrama yang dikembangkan oleh oleh Belanda.Tapi yang diusulkan oleh Merasugun adalah model kontruksi bangunan MissiKatolik yang sebelunmya sudah ada dan telah dibangun oleh Missionaris Belandadisekitar kota Wamena.

[15]. Aipon Asso, (Kepala Suku Besar Muslim),Wawancara Pribadi, 20 Agustus 2004

[16]. Dr. H. M. Mulya Tarmidzi, (Tokoh Ulama),wawancara pribadi, Jakarta , dalam tahun 2004.
More on this category »