14 November 2013

Penulis Novel Pertama Perempuan Papua Luncurkan 2 Novel

Aprila R. A Wayar
Jayapura, Salah satu perempuan Papua bernama Aprila R. A Wayar yang juga hari-harinya menjadi seorang jurnalis pada tabloidjubi.com berhasil melucurkan dua buah novel masing-masing “Mawar Tanpa Akar” dan “Dua Perempuan”. Pada peluncuran kedua novel ini hadir pula Dr. Benny Giay serta ibu Bernarda Meteray di cafe rempah-rempah, Sabtu (9/11/13) Abepura, Jayapura, Papua.

Sela-sela peluncuran, Benny Giay memberikan apresiasi kepada penulis dan merasa bangga atas keberhasilan seorang Perempuan Papua dengan kedua novel yang berhasil Ia tulis dan diluncurkan pada saat yang bersamaan. “Saya bangga, saya mengucapkan selamat kepada Aprila, mengucapkan selamat kepada perempuan Papua yang punya potensi dan saya sangat kagum dengan ini.

Banyak perempuan lain juga bisa menulis, jangan khawatir, dengan menulis kita bisa tahu bagaimana dengan orang lain. Mawar Hitam akan memberikan motivasi bagi kita laki-laki dan perempuan Papua untuk kita bisa hidup damai di tanah Papua,” ungkapnya. “Dalam semangat membangun peradaban, saya menggunting pita Aprila, tanda kita menyaksikan peristiwa kecil dalam membangun peradaban di Papua,” tutur Benny Giyai, Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) Papua ketika menggunting pita. Sementara itu, Ibu Bernarda Materay mewakili perempuan berharap dua novel hasil karya perempuan Papua memberikan manfaat bagi para pembaca.

“Saya mewakili perempuan Papua mengharapkan karya perempuan Papua ini bermanfaat bagi kita semua.” “Pertama mengapa novel biasa ada dan di launching hari ini? Teman-teman media melucurkan buku ini penantian panjang kurun waktu yang lama 8 bulan total waktu saya proses penulis novel mawar hitam ketika 2007 selesai septer skertaris menerbitkan novel Mawar Hitam sebanyak 3000 terikat kontrak dengan Foker harus dengan pihak penerbit yang baik saya menulis hari ini, menulis berita hari-hari kalau tidak terbiasa di Forum Mahasiswa Papua (Formapa) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) di Jogja. Mereka teman-teman baik.

Menulis mengobati luka batin dan saya bisa maafkan, dua perempuan tim kajian pembangunan 8 bulan refleksi jurnalis perempuan dan saya persembahakan kepada tablod jubi di Jayapura,” kata panulis mengenang. Masih dari penulis, “Kedu novel dilaunching luar biasa acara launching hari ni kita lihat jurnalis-jurnalis dan novelis dua dua kerja bakti tergantung pada hati kita. Saya membuktikan eksitensi perempuan Papua ketika novel saya menghantarkan saya hadir orang Papua yang menulis saya tidak mendapat suport dari siapa pun.”

“Diskusi dengan penulisan sebuah karya, novel dari aprilia dapat edisi pertama kemarin saat saya lihat, ingat beberapa novel yang saya baca bersejarah enjel esailen sepi hending tentang bagaimana abad ke 15 pegita injil di banenultai dai gambarkan bagus novel terbaik semua orang tidak suka perbudakan. Kapan orang Papua bisa menulis negara membungkam penulis.

Penulis Papua lahir dari budaya Papua yang lisan dan lahir dengan situasi yang dibungkam melalui hadir buku ini melawan rasisme Indonesia, Persipura, lagu lagu dan yel yel rasis kamu kalah tho, ade ko perintis sesuatu yang baru,” tutur Benny Giyai semangat.

Setelah membaca tulisan generasi muda Papua sering mengikuti mengembangkan Papua yang lebih bermatabat, Papua baru kalangan masyarakat, mahasiswa berfikir kita bisa membangun Papua tanpa Indonesia, tidak ada aunsur Indeonesia tetapi apakah kita bisa? “Stop mengisolir diri mahasiswa yang lain DOM di pedalaman berhadapan dengan kekerasan. 
Semua orang Indonesia itu jahat, apakah semua itu begitu? tidak ada hal baik juga 2 hal bukan hanya kita orang Papua yang melawan system. Munir, George Junus Aditjondro, Johnson Panjaitan adalah kelompok sejalan dengan kitorang.” (BEKO/ Hendrikus Yeimo)

0 komentar:

Posting Komentar

More on this category »