Aprila R. A Wayar |
Sela-sela peluncuran, Benny Giay memberikan apresiasi kepada
penulis dan merasa bangga atas keberhasilan seorang Perempuan Papua dengan
kedua novel yang berhasil Ia tulis dan diluncurkan pada saat yang bersamaan.
“Saya bangga, saya mengucapkan selamat kepada Aprila, mengucapkan selamat
kepada perempuan Papua yang punya potensi dan saya sangat kagum dengan ini.
Banyak perempuan lain juga bisa menulis, jangan khawatir,
dengan menulis kita bisa tahu bagaimana dengan orang lain. Mawar Hitam akan
memberikan motivasi bagi kita laki-laki dan perempuan Papua untuk kita bisa
hidup damai di tanah Papua,” ungkapnya. “Dalam semangat membangun peradaban,
saya menggunting pita Aprila, tanda kita menyaksikan peristiwa kecil dalam
membangun peradaban di Papua,” tutur Benny Giyai, Ketua Sinode Gereja Kemah
Injil (Kingmi) Papua ketika menggunting pita. Sementara itu, Ibu Bernarda
Materay mewakili perempuan berharap dua novel hasil karya perempuan Papua
memberikan manfaat bagi para pembaca.
“Saya mewakili perempuan Papua mengharapkan karya perempuan
Papua ini bermanfaat bagi kita semua.” “Pertama mengapa novel biasa ada dan di
launching hari ini? Teman-teman media melucurkan buku ini penantian panjang
kurun waktu yang lama 8 bulan total waktu saya proses penulis novel mawar hitam
ketika 2007 selesai septer skertaris menerbitkan novel Mawar Hitam sebanyak
3000 terikat kontrak dengan Foker harus dengan pihak penerbit yang baik saya
menulis hari ini, menulis berita hari-hari kalau tidak terbiasa di Forum
Mahasiswa Papua (Formapa) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) di Jogja. Mereka
teman-teman baik.
Menulis mengobati luka batin dan saya bisa maafkan, dua
perempuan tim kajian pembangunan 8 bulan refleksi jurnalis perempuan dan saya
persembahakan kepada tablod jubi di Jayapura,” kata panulis mengenang. Masih
dari penulis, “Kedu novel dilaunching luar biasa acara launching hari ni kita
lihat jurnalis-jurnalis dan novelis dua dua kerja bakti tergantung pada hati
kita. Saya membuktikan eksitensi perempuan Papua ketika novel saya
menghantarkan saya hadir orang Papua yang menulis saya tidak mendapat suport
dari siapa pun.”
“Diskusi dengan penulisan sebuah karya, novel dari aprilia
dapat edisi pertama kemarin saat saya lihat, ingat beberapa novel yang saya
baca bersejarah enjel esailen sepi hending tentang bagaimana abad ke 15 pegita
injil di banenultai dai gambarkan bagus novel terbaik semua orang tidak suka
perbudakan. Kapan orang Papua bisa menulis negara membungkam penulis.
Penulis Papua lahir dari budaya Papua yang lisan dan lahir
dengan situasi yang dibungkam melalui hadir buku ini melawan rasisme Indonesia,
Persipura, lagu lagu dan yel yel rasis kamu kalah tho, ade ko perintis sesuatu
yang baru,” tutur Benny Giyai semangat.
Setelah membaca tulisan generasi muda Papua sering mengikuti
mengembangkan Papua yang lebih bermatabat, Papua baru kalangan masyarakat,
mahasiswa berfikir kita bisa membangun Papua tanpa Indonesia, tidak ada aunsur
Indeonesia tetapi apakah kita bisa? “Stop mengisolir diri mahasiswa yang lain
DOM di pedalaman berhadapan dengan kekerasan.
Semua orang Indonesia itu jahat,
apakah semua itu begitu? tidak ada hal baik juga 2 hal bukan hanya kita orang
Papua yang melawan system. Munir, George Junus Aditjondro, Johnson Panjaitan
adalah kelompok sejalan dengan kitorang.” (BEKO/ Hendrikus Yeimo)
0 komentar:
Posting Komentar