Opini: By Turius Wenda
Photo Ils |
Jayapura,-- Terlalu lama, para pihak mengabaikan konflik dan kekerasan di Papua
Barat. Para pihak selayaknya duduk bersama untuk menentukan masa depan
rakyat dan bangsa Papua. Pembiaran itu, kini hampir 51 tahun. Selama ini
koflik berkelanjutan tanpa terkontrol oleh berbagai pihak termasuk oleh
pembela hak asasi manusia (HAM) dan pekerja kemanusian lainnya di
seluruh dunia.
Apa masalahnya sehingga konflik ini berlanjut? Sejarah integrasi Papua ke dalam Indonesia menjadi akar persoalan yang membawa malapetaka bagi rakyat Papua, kontroversial histori menjadi hal yang utama dalam pertarungan perdebatan untuk mencari kebenaran sejarah sebagai bukti solusi atas konflik Papua.
Konflik politik yang terjadi di Tanah Papua ini telah berdampak pada terjadinya tindak HAM. Hal ini bisa dikategorikan ke dalam kejahatan kemanusiaan. Menurut pandangan saya mungkin perlu diselesaikan melalui sarana demokrasi yang ada, mungkin melalui dialog. Tapi bisa juga ditingkatkan menjadi perundingan atau negosiasi di antara para pihak yang terlibat konflik tersebut.
Pihak-pihak yang dimaksud adalah rakyat Papua yang dalam hal ini juga melibatkan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan sayap militer yang sudah klasik terlibat yaitu Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), juga pemerintah Indonesia yang disertai TNI-POLRI.
Perundingan atau negosiasi tersebut jika dapat dilaksanakan, maka diharapkan semua persoalan yang menjadi pergumulan dan bahkan menjadi sumber konflik di antara pihak-pihak berkepentingan tersebut selama ini sedapat mungkin bisa dicari solusi pemecahannya secara damai, dan lebih demokratis.
Diharapkan dengan melakukan perundingan, maka upaya yang selama ini dilakukan dengan mengedepankan anasir-anasir kekerasan dan menimbulkan banyak korban, bahkan kerugian dari segi material dan finansial tidak sedikit pula itu diatasi.
Kita harus manfaatkan secara lebih baik untuk memberi proteksi terutama bagi masyarakat sipil (adat) Papua yang senantiasa menjadi korban bahkan paling sering dikorbankan akibat konflik berkepanjangan tersebut selama ini.
Bagi saya, alternatif penyelesaian persoalan Papua melalui jalan kekerasan akan menimbulkan korban jiwa, apalagi kekerasan bersenjata yang terjadi selama ini yang melibatkan langsung TNI-POLRI dengan TPN PB/OPM memang harus segera diakhiri. Kita semua mendorong tercapainya upaya penyelesaian masalah Papua melalui jalan damai dan demokratis.
Di mana alternatif paling baik adalah melalui penyelenggaraan perundingan (negosiasai) damai yang dapat dilaksanakan dengan meningkatkan dialog intensif di antara para pihak yang terlibat konflik berkepanjangan di tanah Papua selama hampir 51 tahun terakhir ini.
Demi menemukan solusi permanen, sebaiknya melibatkan pihak netral, seperti United Nationa (UN), atau Negara-negara yang memang layak menetralisir kedua bela pihak yang terlibat dalam konflik Papua.
Keterbukaan dan niat baik para pihak yang terlibat konflik sangat dibutuhkan dalam mencari solusi permanen untuk Papua, tinggalkan slogan NKRI HARGA MATI dan PAPUA HARGA MATI. Harus terbuka demi mencari kebenaran sejarah dan akar konflik di Papua Barat.
Jika semua terbuka, maka solusi atas konflik Papua terbuka pula. Saya yakin jika akar persoalan dibicarakan dalam meja perundingan, maka kebenaran akar persoalan itu akan menjawab solusi atas konflik Papua.
Artikel ini sudah di publikasikan di : Majalah Selangkah
Apa masalahnya sehingga konflik ini berlanjut? Sejarah integrasi Papua ke dalam Indonesia menjadi akar persoalan yang membawa malapetaka bagi rakyat Papua, kontroversial histori menjadi hal yang utama dalam pertarungan perdebatan untuk mencari kebenaran sejarah sebagai bukti solusi atas konflik Papua.
Konflik politik yang terjadi di Tanah Papua ini telah berdampak pada terjadinya tindak HAM. Hal ini bisa dikategorikan ke dalam kejahatan kemanusiaan. Menurut pandangan saya mungkin perlu diselesaikan melalui sarana demokrasi yang ada, mungkin melalui dialog. Tapi bisa juga ditingkatkan menjadi perundingan atau negosiasi di antara para pihak yang terlibat konflik tersebut.
Pihak-pihak yang dimaksud adalah rakyat Papua yang dalam hal ini juga melibatkan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan sayap militer yang sudah klasik terlibat yaitu Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), juga pemerintah Indonesia yang disertai TNI-POLRI.
Perundingan atau negosiasi tersebut jika dapat dilaksanakan, maka diharapkan semua persoalan yang menjadi pergumulan dan bahkan menjadi sumber konflik di antara pihak-pihak berkepentingan tersebut selama ini sedapat mungkin bisa dicari solusi pemecahannya secara damai, dan lebih demokratis.
Diharapkan dengan melakukan perundingan, maka upaya yang selama ini dilakukan dengan mengedepankan anasir-anasir kekerasan dan menimbulkan banyak korban, bahkan kerugian dari segi material dan finansial tidak sedikit pula itu diatasi.
Kita harus manfaatkan secara lebih baik untuk memberi proteksi terutama bagi masyarakat sipil (adat) Papua yang senantiasa menjadi korban bahkan paling sering dikorbankan akibat konflik berkepanjangan tersebut selama ini.
Bagi saya, alternatif penyelesaian persoalan Papua melalui jalan kekerasan akan menimbulkan korban jiwa, apalagi kekerasan bersenjata yang terjadi selama ini yang melibatkan langsung TNI-POLRI dengan TPN PB/OPM memang harus segera diakhiri. Kita semua mendorong tercapainya upaya penyelesaian masalah Papua melalui jalan damai dan demokratis.
Di mana alternatif paling baik adalah melalui penyelenggaraan perundingan (negosiasai) damai yang dapat dilaksanakan dengan meningkatkan dialog intensif di antara para pihak yang terlibat konflik berkepanjangan di tanah Papua selama hampir 51 tahun terakhir ini.
Demi menemukan solusi permanen, sebaiknya melibatkan pihak netral, seperti United Nationa (UN), atau Negara-negara yang memang layak menetralisir kedua bela pihak yang terlibat dalam konflik Papua.
Keterbukaan dan niat baik para pihak yang terlibat konflik sangat dibutuhkan dalam mencari solusi permanen untuk Papua, tinggalkan slogan NKRI HARGA MATI dan PAPUA HARGA MATI. Harus terbuka demi mencari kebenaran sejarah dan akar konflik di Papua Barat.
Jika semua terbuka, maka solusi atas konflik Papua terbuka pula. Saya yakin jika akar persoalan dibicarakan dalam meja perundingan, maka kebenaran akar persoalan itu akan menjawab solusi atas konflik Papua.
Artikel ini sudah di publikasikan di : Majalah Selangkah
Turius Wenda adalah pemerhati masalah sosial tinggal di Expo, Anjungan Jayawijaya
e-mail : turiusw@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar